Pemantauan Emisi: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Pemantauan Emisi: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Pentingnya pemantauan emisi dalam industri menuntut pemilihan metode yang tepat untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat diandalkan. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan dua metode utama pemantauan emisi secara manual, yaitu sampling isokinetik dan non-isokinetik.

Metode Manual: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Dalam melakukan pemantauan emisi secara manual, terdapat dua pendekatan utama yang dapat diambil, yaitu sampling isokinetik dan non-isokinetik. Penggunaan metode pemantauan emisi sampling isokinetik dan non-isokinetik sangat tergantung pada jenis emisi yang sedang diamati. Sampling isokinetik untuk emisi partikulat sedangkan sampling non-isokinetik untuk emisi gas.

  1. Sampling Isokinetik

Tujuannya untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sampling Isokinetik yaitu sampling sedemikian rupa sehingga kecepatan dan arah gas masuk ke dalam nosel alat sampling adalah sama dengan kecepatan dan arah gas dalam cerobong (pada titik sampling yang sama). Kriteria kecepatan / tingkat sampel untuk metode isokinetik adalah 90 – 110%

Sebagai contoh, pada kasus emisi partikulat, sampling isokinetik menjadi pilihan yang umum digunakan. Sampling isokinetik bertujuan untuk mengambil sampel yang representatif dengan mengantisipasi akumulasi partikulat di sisi cerobong. Hal ini penting untuk memastikan bahwa sampel yang diambil mencerminkan kondisi sebenarnya dari emisi partikulat. Pengukuran kecepatan gas dilakukan dengan menggunakan alat Pitot Manometer, yang menjadi instrumen kunci dalam metode isokinetik.

Tingkat toleransi dalam metode isokinetik berada dalam rentang 90-110%, yang dianggap sebagai tingkat kecepatan yang sesuai. Proses ini bergantung pada ukuran cerobong dan jumlah sampel yang diambil. Dengan demikian, metode isokinetik memberikan keakuratan yang tinggi dalam mengukur emisi partikulat, yang seringkali menjadi fokus utama dalam pemantauan emisi industri.

  1. Sampling Non-Isokinetik

Sampling non-isokinetik digunakan untuk menangkap gas polutan dari cerobong seperti halides, Ammonia, Hidrogen sulfide. Sifat gas yang homogen, pengambilan sampling tidak mengikuti pengambilan sampling traverse point pada metoda isokinetik.

Dalam konteks pengembangan teknik sampling non-isokinetik, metode USEPA menjadi acuan utama. Beberapa metode USEPA yang relevan termasuk method 4, 6, 11, 18, 26, VOST, Methods 0030, dan 0031. Penggunaan metode-metode ini memberikan kerangka kerja yang terstandarisasi dan diakui secara luas dalam industri pemantauan emisi.

Penggunaan absorben yang spesifik menjadi kunci dalam teknik non-isokinetik. Absorben dipilih berdasarkan sifat gas yang akan ditangkap. Penggunaan absorben yang tepat memastikan keefektifan dalam menangkap gas polutan yang spesifik, sehingga hasil sampling menjadi akurat dan representatif.

Perbedaan antara sampling isokinetik dan non-isokinetik terletak pada pendekatan pengambilan sampel. Metoda isokinetik mengikuti pengambilan sampel traverse point, sementara metoda non-isokinetik lebih berfokus pada karakteristik homogen gas polutan.

Strategi Monitoring Emisi pada Industri: Antara Metode Manual dan Otomatis

Strategi Monitoring Emisi pada Industri: Antara Metode Manual dan Otomatis

Pemantauan emisi dapat dilakukan dengan dua metode utama yaitu manual dan otomatis. Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga penting untuk memahami strategi monitoring emisi yang efektif dan efisien. Bagaimana sebenarnya industri memantau emisi yang mereka hasilkan dengan kedua metode tersebut?

Metode Manual

Metode manual dalam pemantauan emisi melibatkan penggunaan alat-alat yang lebih sederhana dan fleksibel. Salah satu contoh metode manual adalah sampling isokinetik, yang digunakan untuk mengukur konsentrasi partikulat dalam cerobong. Alat-alat yang digunakan dalam metode manual harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) dan dilakukan oleh laboratorium yang sudah memiliki identitas registrasi dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dalam hal ini, pelaku harus memiliki sertifikat yang menunjukkan kualifikasi dan keahlian dalam melakukan pengukuran emisi. Begitu pula di laboratorium, orang yang melakukan pemeriksaan harus bersertifikasi. Proses monitoring emisi ini harus dilakukan dengan sangat ketat dan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

SNI dalam Pemantauan Emisi

SNI menjadi landasan utama dalam setiap prosedur monitoring. Untuk sumber tidak bergerak, terdapat 31 SNI yang berkaitan dengan pemantauan emisi. Sedangkan untuk sumber bergerak, jumlahnya lebih sedikit, yaitu 4 SNI. Begitu juga untuk udara ambien, terdapat 27 SNI yang memberikan pedoman terkait pemantauan kualitas udara.

Peraturan dan Pedoman Teknis dalam Pengelolaan Emisi

Regulasi terkait pengelolaan emisi di industri mengatur berbagai aspek, mulai dari penanggung jawab di industri hingga pelaksanaan pemantauan. Setiap entitas yang terlibat dalam manajemen emisi, termasuk pelaporan dan perencanaan, harus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dan mengacu pada SNI yang berlaku.

Pentingnya SNI juga tercermin dalam pengulangan standar yang diterapkan pada sumber tidak bergerak. Terdapat pula SNI yang mengacu pada metode Amerika (EPA). Pedoman teknis pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak dapat ditemukan dalam Kepmen LH No 205/1996, yang mencakup pengaturan cerobong, lubang sampling, sarana pendukung, dan unit pengendalian.

Metode Manual vs. Otomatis: Penggunaan CEMS

Pemantauan emisi dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Cara otomatis melibatkan penggunaan Continuous Emission Monitoring Systems (CEMS). Sepuluh industri diwajibkan menggunakan CEMS, yang dipasang secara permanen pada cerobong. CEMS memonitor berbagai gas dan mengirimkan hasilnya ke kantor melalui data logger.

Industri yang diwajibkan menggunakan CEMS melibatkan sektor peleburan besi dan baja, kertas, rayon, carbon black, minyak dan gas bumi, pertambangan, pengolahan sampah secara termal, semen, pembangkit listrik tenaga termal, dan pupuk dan ammonium nitrat. Meskipun CEMS memiliki tingkat akurasi tinggi, penggunaannya memerlukan investasi yang cukup besar, dengan harga di atas 1 miliar.

Pengembangan CEMS Sensor

Saat ini, CEMS masih mengandalkan Analyzer dan belum menggunakan Sensor. Namun, pengembangan CEMS Sensor sedang dalam tahap pengembangan oleh pihak regulator. Meskipun demikian, implementasi Sensor dalam CEMS masih memerlukan perhatian lebih lanjut dan belum menjadi standar.

Metode Manual: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Dalam metode manual, pemantauan emisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sampling isokinetik dan non-isokinetik. Isokinetik menjadi pilihan ketika pemantauan melibatkan emisi partikulat, isokinetik bertujuan untuk mengambil sampel yang representatif dengan mengantisipasi akumulasi partikulat di sisi cerobong.

Isokinetik melibatkan penggunaan alat Pitot Manometer untuk mengukur kecepatan gas. Tingkat toleransi isokinetik adalah 90-110%, yang dianggap sebagai tingkat kecepatan yang sesuai. Proses ini tergantung pada ukuran cerobong dan jumlah sampel yang diambil.

Dalam melakukan monitoring emisi di industri, penggunaan metode manual dan otomatis memegang peran penting. Metode manual melibatkan pemahaman mendalam terhadap berbagai SNI yang berlaku dan penerapan prosedur yang ketat. Di sisi lain, penggunaan CEMS dalam metode otomatis memberikan keakuratan tinggi, namun dengan biaya yang signifikan.

Perkembangan CEMS Sensor menjadi hal yang menarik untuk dipantau, namun saat ini belum menjadi standar. Dengan pengaturan yang ketat, baik manual maupun otomatis dapat memberikan data yang akurat, mendukung upaya pengelolaan emisi yang berkelanjutan dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Melihat lingkungan dari sebuah lensa, menyadarkan diri pentingnya menjaga lingkungan untuk anak cucu kita

Hubungi Kami

Kantor Operasional:

Jakarta:

Office 8 – Senopati
Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Surabaya:

Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

Jam Kerja: 08.00 – 16.00 WIB (Senin sd Jumat)

Email : lensa@lensalingkungan.com

Temukan Kami

Chat Kami
Butuh info lebih? Kontak kami
Halo 👋
kami adalah konsultan lingkungan, apakah ada yang bisa dibantu?