Pemantauan Emisi: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Pemantauan Emisi: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Pentingnya pemantauan emisi dalam industri menuntut pemilihan metode yang tepat untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat diandalkan. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan dua metode utama pemantauan emisi secara manual, yaitu sampling isokinetik dan non-isokinetik.

Metode Manual: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Dalam melakukan pemantauan emisi secara manual, terdapat dua pendekatan utama yang dapat diambil, yaitu sampling isokinetik dan non-isokinetik. Penggunaan metode pemantauan emisi sampling isokinetik dan non-isokinetik sangat tergantung pada jenis emisi yang sedang diamati. Sampling isokinetik untuk emisi partikulat sedangkan sampling non-isokinetik untuk emisi gas.

  1. Sampling Isokinetik

Tujuannya untuk mendapatkan sampel yang representatif. Sampling Isokinetik yaitu sampling sedemikian rupa sehingga kecepatan dan arah gas masuk ke dalam nosel alat sampling adalah sama dengan kecepatan dan arah gas dalam cerobong (pada titik sampling yang sama). Kriteria kecepatan / tingkat sampel untuk metode isokinetik adalah 90 – 110%

Sebagai contoh, pada kasus emisi partikulat, sampling isokinetik menjadi pilihan yang umum digunakan. Sampling isokinetik bertujuan untuk mengambil sampel yang representatif dengan mengantisipasi akumulasi partikulat di sisi cerobong. Hal ini penting untuk memastikan bahwa sampel yang diambil mencerminkan kondisi sebenarnya dari emisi partikulat. Pengukuran kecepatan gas dilakukan dengan menggunakan alat Pitot Manometer, yang menjadi instrumen kunci dalam metode isokinetik.

Tingkat toleransi dalam metode isokinetik berada dalam rentang 90-110%, yang dianggap sebagai tingkat kecepatan yang sesuai. Proses ini bergantung pada ukuran cerobong dan jumlah sampel yang diambil. Dengan demikian, metode isokinetik memberikan keakuratan yang tinggi dalam mengukur emisi partikulat, yang seringkali menjadi fokus utama dalam pemantauan emisi industri.

  1. Sampling Non-Isokinetik

Sampling non-isokinetik digunakan untuk menangkap gas polutan dari cerobong seperti halides, Ammonia, Hidrogen sulfide. Sifat gas yang homogen, pengambilan sampling tidak mengikuti pengambilan sampling traverse point pada metoda isokinetik.

Dalam konteks pengembangan teknik sampling non-isokinetik, metode USEPA menjadi acuan utama. Beberapa metode USEPA yang relevan termasuk method 4, 6, 11, 18, 26, VOST, Methods 0030, dan 0031. Penggunaan metode-metode ini memberikan kerangka kerja yang terstandarisasi dan diakui secara luas dalam industri pemantauan emisi.

Penggunaan absorben yang spesifik menjadi kunci dalam teknik non-isokinetik. Absorben dipilih berdasarkan sifat gas yang akan ditangkap. Penggunaan absorben yang tepat memastikan keefektifan dalam menangkap gas polutan yang spesifik, sehingga hasil sampling menjadi akurat dan representatif.

Perbedaan antara sampling isokinetik dan non-isokinetik terletak pada pendekatan pengambilan sampel. Metoda isokinetik mengikuti pengambilan sampel traverse point, sementara metoda non-isokinetik lebih berfokus pada karakteristik homogen gas polutan.

Strategi Monitoring Emisi pada Industri: Antara Metode Manual dan Otomatis

Strategi Monitoring Emisi pada Industri: Antara Metode Manual dan Otomatis

Pemantauan emisi dapat dilakukan dengan dua metode utama yaitu manual dan otomatis. Kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga penting untuk memahami strategi monitoring emisi yang efektif dan efisien. Bagaimana sebenarnya industri memantau emisi yang mereka hasilkan dengan kedua metode tersebut?

Metode Manual

Metode manual dalam pemantauan emisi melibatkan penggunaan alat-alat yang lebih sederhana dan fleksibel. Salah satu contoh metode manual adalah sampling isokinetik, yang digunakan untuk mengukur konsentrasi partikulat dalam cerobong. Alat-alat yang digunakan dalam metode manual harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) dan dilakukan oleh laboratorium yang sudah memiliki identitas registrasi dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dalam hal ini, pelaku harus memiliki sertifikat yang menunjukkan kualifikasi dan keahlian dalam melakukan pengukuran emisi. Begitu pula di laboratorium, orang yang melakukan pemeriksaan harus bersertifikasi. Proses monitoring emisi ini harus dilakukan dengan sangat ketat dan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

SNI dalam Pemantauan Emisi

SNI menjadi landasan utama dalam setiap prosedur monitoring. Untuk sumber tidak bergerak, terdapat 31 SNI yang berkaitan dengan pemantauan emisi. Sedangkan untuk sumber bergerak, jumlahnya lebih sedikit, yaitu 4 SNI. Begitu juga untuk udara ambien, terdapat 27 SNI yang memberikan pedoman terkait pemantauan kualitas udara.

Peraturan dan Pedoman Teknis dalam Pengelolaan Emisi

Regulasi terkait pengelolaan emisi di industri mengatur berbagai aspek, mulai dari penanggung jawab di industri hingga pelaksanaan pemantauan. Setiap entitas yang terlibat dalam manajemen emisi, termasuk pelaporan dan perencanaan, harus memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dan mengacu pada SNI yang berlaku.

Pentingnya SNI juga tercermin dalam pengulangan standar yang diterapkan pada sumber tidak bergerak. Terdapat pula SNI yang mengacu pada metode Amerika (EPA). Pedoman teknis pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak dapat ditemukan dalam Kepmen LH No 205/1996, yang mencakup pengaturan cerobong, lubang sampling, sarana pendukung, dan unit pengendalian.

Metode Manual vs. Otomatis: Penggunaan CEMS

Pemantauan emisi dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Cara otomatis melibatkan penggunaan Continuous Emission Monitoring Systems (CEMS). Sepuluh industri diwajibkan menggunakan CEMS, yang dipasang secara permanen pada cerobong. CEMS memonitor berbagai gas dan mengirimkan hasilnya ke kantor melalui data logger.

Industri yang diwajibkan menggunakan CEMS melibatkan sektor peleburan besi dan baja, kertas, rayon, carbon black, minyak dan gas bumi, pertambangan, pengolahan sampah secara termal, semen, pembangkit listrik tenaga termal, dan pupuk dan ammonium nitrat. Meskipun CEMS memiliki tingkat akurasi tinggi, penggunaannya memerlukan investasi yang cukup besar, dengan harga di atas 1 miliar.

Pengembangan CEMS Sensor

Saat ini, CEMS masih mengandalkan Analyzer dan belum menggunakan Sensor. Namun, pengembangan CEMS Sensor sedang dalam tahap pengembangan oleh pihak regulator. Meskipun demikian, implementasi Sensor dalam CEMS masih memerlukan perhatian lebih lanjut dan belum menjadi standar.

Metode Manual: Sampling Isokinetik dan Non-Isokinetik

Dalam metode manual, pemantauan emisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sampling isokinetik dan non-isokinetik. Isokinetik menjadi pilihan ketika pemantauan melibatkan emisi partikulat, isokinetik bertujuan untuk mengambil sampel yang representatif dengan mengantisipasi akumulasi partikulat di sisi cerobong.

Isokinetik melibatkan penggunaan alat Pitot Manometer untuk mengukur kecepatan gas. Tingkat toleransi isokinetik adalah 90-110%, yang dianggap sebagai tingkat kecepatan yang sesuai. Proses ini tergantung pada ukuran cerobong dan jumlah sampel yang diambil.

Dalam melakukan monitoring emisi di industri, penggunaan metode manual dan otomatis memegang peran penting. Metode manual melibatkan pemahaman mendalam terhadap berbagai SNI yang berlaku dan penerapan prosedur yang ketat. Di sisi lain, penggunaan CEMS dalam metode otomatis memberikan keakuratan tinggi, namun dengan biaya yang signifikan.

Perkembangan CEMS Sensor menjadi hal yang menarik untuk dipantau, namun saat ini belum menjadi standar. Dengan pengaturan yang ketat, baik manual maupun otomatis dapat memberikan data yang akurat, mendukung upaya pengelolaan emisi yang berkelanjutan dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Konsultan Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Karet

Konsultan Penyusunan Carbon Footprint Product untuk Sektor Industri Karet

Sebelum penemuan karet alam, masyarakat menggunakan bahan alternatif seperti kulit hewan dan serat tanaman untuk berbagai keperluan. Namun, dengan ditemukannya karet alam, masyarakat Indonesia mulai beralih ke penggunaan karet karena sifatnya yang elastis, tahan lama, dan fleksibel. Karet menjadi bahan baku utama dalam banyak produk sehari-hari, contohnya untuk produk seperti ban, sepatu, dan alat medis.Namun, di balik manfaatnya, produk karet juga memiliki dampak lingkungan. Salah satu isu utama adalah emisi karbon yang dihasilkan dari proses produksi hingga pemakaian dan pembuangan produk karet. Penting bagi industri untuk menyadari dan mengelola jejak karbon mereka. Kami akan membahas pentingnya jejak karbon produk karet.

Lensa Lingkungan memahami pentingnya menghitung jejak karbon setiap produk yang dihasilkan oleh industri, termasuk sektor industri karet. Produk jadi industri karet, seperti ban, memiliki dampak lingkungan. Untuk mereduksi dampak ini, langkah pertama yang harus diambil adalah menghitung jejak karbon produk tersebut. Jejak karbon produk adalah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan sepanjang siklus hidup produk, mulai dari bahan baku hingga produk jadi, serta proses distribusinya.

Limbah Karet Perlu Puluhan Tahun untuk Terurai

Produk jadi industri karet, seperti ban dapat menghasilkan emisi. Misalnya, satu ban mobil dapat menghasilkan sekitar 100 kg CO2 selama proses produksinya. tidak hanya itu, ban bekas menjadi limbah yang membutuhkan waktu lama untuk terurai. Menurut penelitian, ban kendaraan dapat memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk terurai sepenuhnya. Selama proses ini, ban dapat melepaskan berbagai bahan kimia berbahaya ke lingkungan. Ini menunjukkan bahwa industri karet memiliki jejak karbon yang besar dan perlu segera diatasi. Dengan memahami jejak karbon ini, perusahaan dapat mengidentifikasi “hotspot” emisi dan merumuskan strategi untuk menguranginya.

Emisi dari Produk Karet

Industri karet berkontribusi terhadap berbagai jenis emisi, termasuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oxide (N2O). Emisi ini berasal dari berbagai tahap produksi, seperti pengolahan getah karet, transportasi, dan penggunaan energi dalam proses manufaktur. Dengan melakukan analisis siklus hidup (Life Cycle Assessment/LCA), perusahaan dapat mendapatkan gambaran lengkap tentang emisi yang dihasilkan.

Industri Karet dan Jejak Karbon

Industri karet di Indonesia, khususnya produsen ban, memiliki jejak karbon yang cukup signifikan. Beberapa perusahaan besar yang beroperasi di sektor ini antara lain:

  1. PT Gajah Tunggal Tbk
  2. PT Multistrada Arah Sarana Tbk
  3. PT Suryaraya Rubberindo Industries
  4. PT Bridgestone Tire Indonesia
  5. PT Goodyear Indonesia Tbk

Perusahaan-perusahaan ini menyadari pentingnya mengurangi jejak karbon mereka dan telah mengambil berbagai langkah untuk mencapai hal tersebut. Misalnya, PT Gajah Tunggal Tbk telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan dalam proses produksinya dan meningkatkan efisiensi energi. Sementara itu, PT Bridgestone Tire Indonesia fokus pada penggunaan bahan baku yang lebih berkelanjutan dan daur ulang produk karet.

Manfaat Mengelola Jejak Karbon untuk Pasar Internasional

Mengelola jejak karbon tidak hanya penting untuk keberlanjutan lingkungan tetapi juga untuk keuntungan bisnis, terutama bagi industri yang ingin meraih pasar ekspor. Banyak negara maju memiliki regulasi ketat terkait emisi karbon dan mewajibkan produk yang diimpor untuk memenuhi standar lingkungan tertentu. Negara-negara seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan terkenal memiliki peraturan yang ketat terkait emisi karbon. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki jejak karbon yang rendah akan lebih mudah menembus pasar-pasar tersebut.

Tantangan dan Peluang dalam Mengurangi Jejak Karbon

Mengurangi jejak karbon memang bukan tugas yang mudah, namun dengan strategi yang tepat, ini bisa menjadi peluang besar. Perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengadopsi praktik terbaik dalam pengelolaan limbah. Selain itu, perusahaan juga perlu transparan dalam melaporkan jejak karbon mereka dan berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja lingkungan. Dengan demikian, mereka tidak hanya membantu melindungi lingkungan tetapi juga meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

Lensa Lingkungan: Mitra Anda dalam Mengelola Jejak Karbon

Sebagai perusahaan konsultan penyusunan carbon footprint product, Lensa Lingkungan siap membantu industri karet dalam mengelola jejak karbon mereka. Kami menawarkan layanan penyusunan Carbon Footprint Product yang komprehensif, mulai dari pengukuran emisi, analisis, hingga strategi pengurangan emisi. Dengan pengalaman dan keahlian kami, kami akan membantu Anda mencapai target keberlanjutan dan meraih pasar global yang lebih luas.

Mengelola jejak karbon adalah langkah penting yang harus diambil oleh industri karet untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing mereka di masa depan. Dengan bantuan dari Lensa Lingkungan, perusahaan dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk mengurangi emisi karbon dan memenuhi standar lingkungan internasional. Kami bekerjasama dengan Actia Carbon yang menyediakan platform perhitungan emsi gas rumah kaca. Klik disini untuk berdiskusi!

Konsultan Pendampingan Pencapaian Net Zero Emission Sektor Industri Karet

Konsultan Pendampingan Pencapaian Net Zero Emission Sektor Industri Karet

Industri karet merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di Indonesia. Negara ini bahkan menjadi salah satu produsen utama karet dunia. Produk-produk dari karet sangat beragam, mulai dari ban kendaraan, sol sepatu, hingga berbagai peralatan medis seperti sarung tangan dan kateter. Karet juga digunakan dalam berbagai aplikasi industri, termasuk sebagai bahan dasar dalam pembuatan isolator listrik dan peredam getaran. Namun, di balik semua manfaatnya, industri karet juga menyumbang emisi karbon yang cukup tinggi. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui berapa besar emisi yang ditimbulkan oleh industri karet untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) dan meminimalkan dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Net Zero Emission (NZE) Mencegah Kenaikan Suhu

Saat ini permasalahan perubahan iklim semakin mendesak. Net Zero Emission berarti bahwa jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer harus seimbang dengan jumlah emisi yang diserap kembali oleh bumi. Tujuannya adalah untuk mencegah kenaikan suhu global yang dapat mengakibatkan bencana lingkungan, seperti banjir, kekeringan, dan peningkatan permukaan air laut. Industri karet, dengan segala proses produksinya, menjadi salah satu sektor yang diharuskan melakukan upaya untuk mencapai target NZE.

Potensi Penyerapan CO2 Perkebunan Karet

Perkebunan karet memiliki potensi yang sangat besar dalam penyerapan CO2. Di Indonesia, misalnya, perkebunan karet mampu menyerap sekitar 291,16 juta ton CO2 per tahun. Produksi karet alam dunia diperkirakan mencapai sekitar 13 juta ton per tahun. Penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet dapat menyerap antara 7 hingga 32 ton CO2 per hektar per tahun, tergantung pada kondisi spesifik. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa industri karet juga menghasilkan emisi yang signifikan, terutama dari proses produksi dan pengolahan.

Meskipun tanaman karet dapat menyerap CO2, emisi yang dihasilkan selama proses produksi dapat mengurangi manfaat lingkungan dari penyerapan karbon tersebut. Limbah dari produk karet juga memerlukan waktu yang lama untuk terurai, yang dapat menyebabkan akumulasi polusi di lingkungan.

Dampak Lingkungan dari Industri Karet

Proses produksi karet menghasilkan berbagai jenis limbah dan emisi yang dapat merusak lingkungan. Salah satu masalah utama adalah emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran bahan baku dan proses manufaktur. Satu studi mencatat bahwa emisi karbon dari tanaman karet bisa mencapai 2,3 ton CO2 per tanaman atau sekitar 920 ton CO2 per hektar. Limbah karet juga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, yang dapat mencapai puluhan hingga ratusan tahun. Selain itu, proses produksi karet seringkali melibatkan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah dan air.

Target Net Zero Emission dan Hubungannya dengan Industri Karet

Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Untuk mencapai target ini, diperlukan penurunan emisi di berbagai sektor, termasuk industri karet. Menurut data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia perlu menurunkan emisi sebesar 29% secara nasional dan 41% dengan bantuan internasional untuk mencapai target ini. Industri karet harus berperan aktif dalam upaya ini dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan praktik produksi berkelanjutan.

Proses Kegiatan Industri Karet

Proses produksi karet melibatkan beberapa tahap, mulai dari penanaman pohon karet, penyadapan lateks, pengolahan lateks menjadi karet mentah, hingga proses manufaktur menjadi produk jadi. Setiap tahap ini menghasilkan emisi yang perlu dikurangi. Misalnya, proses penyadapan dan pengolahan lateks memerlukan energi yang cukup besar, yang seringkali berasal dari sumber energi fosil. Selain itu, proses vulkanisasi karet juga menghasilkan emisi gas rumah kaca.

Perusahaan Sektor Industri Karet

  1. PT Anugerah Agung Abadi
  2. PT Nasional Bhirawa Tama
  3. PT Indo Java Rubber Planting
  4. PT Bintang Borneo Persada
  5. PT Star Rubber

Langkah Menuju Net Zero Emission untuk Industri Karet

Perusahaan sektor industri karet yang ingin mencapai NZE, perlu mempersiapkan banyak hal. Pertama-tama, perlu adanya peningkatan efisiensi energi dalam proses produksi. Ini bisa dilakukan dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan menggunakan sumber energi terbarukan. Selain itu, perlu juga adanya pengelolaan limbah yang lebih baik untuk mengurangi emisi dari limbah produk karet.

Langkah menuju NZE untuk industri karet tidaklah mudah. Dibutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak, mulai dari produsen, pemerintah, hingga konsumen. Salah satu cara efektif untuk mencapai NZE adalah dengan mendapat pendampingan dari ahli yang berpengalaman di bidang ini. Lensa Lingkungan menyediakan jasa pendampingan pencapaian Net Zero Emission untuk sektor industri karet, membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengimplementasikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai NZE.

Lalu, Mengapa Industri Karet Memerlukan Pendampingan Pencapaian Net Zero Emission?

Perusahaan sektor industri karet yang ingin mencapai NZE perlu melakukan berbagai langkah, mulai dari pengurangan emisi dalam proses produksi, peningkatan efisiensi energi, hingga pengelolaan limbah yang lebih baik. Salah satu langkah penting adalah penggunaan teknologi ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan. Selain itu, perlu juga adanya upaya untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan karyawan dalam upaya pengurangan emisi.

Perlu diingat, pencapaian NZE bukan hanya tentang mengurangi emisi karbon, tetapi juga tentang mengubah seluruh proses bisnis dan operasional. Ini bisa mencakup perubahan dalam rantai pasokan, desain produk, hingga pengelolaan limbah. Dengan jasa pendampingan, perusahaan dapat mendapatkan panduan dan solusi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan Anda untuk menghadapi tantangan ini.

Konsultasi dengan Lensa Lingkungan

Jika Anda bergerak di sektor industri karet dan ingin mencapai Net Zero Emission, Lensa Lingkungan siap membantu Anda. Kami menawarkan berbagai layanan pendampingan. Kami juga dapat membantu perusahaan Anda untuk menghitung emisi gas rumah kaca (GRK) menggunakan platform penghitungan Gas Rumah Kaca (GRK) yang disedikan oleh Actia Carbon. Untuk informasi lebih lanjut, mari berkonsultasi dengan kami.

Konsultan Pendampingan PROPER Sektor Industri Remilling Karet

Konsultan Pendampingan PROPER Sektor Industri Remilling Karet

Remilling karet merupakan proses pengolahan karet yang dilakukan dengan cara menggiling karet untuk menghasilkan produk dalam bentuk lembaran, seperti sheet (lembaran karet halus) dan crepe (lembaran karet yang berkeriput). Sektor industri ini diatur oleh Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dengan kode 22122.

Metode Tradisonal Pengolahan Karet

Karet alam, yang berasal dari getah pohon karet (Hevea brasiliensis), pertama kali diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1864 oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian dari ekspansi pertanian komoditas baru untuk meningkatkan perekonomian. Pada awalnya, karet digunakan dalam bentuk mentah dan diolah secara sederhana oleh petani lokal. Petani akan menyadap pohon karet untuk mengambil getahnya, yang kemudian dikumpulkan dan diproses menjadi lembaran karet dengan cara direbus atau dikeringkan di bawah sinar matahari. Proses ini sering kali menghasilkan produk dengan kualitas yang bervariasi

Metode tradisional ini memiliki banyak kekurangan, seperti kurangnya efisiensi dan kualitas produk yang tidak konsisten. Seiring dengan perkembangan teknologi, metode ini telah ditinggalkan dan digantikan oleh proses industri yang lebih modern, salah satunya adalah industri remilling karet.

Kehadiran Industri Remilling Karet

Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi berbagai kekurangan dalam metode pengolahan karet tradisional. Industri remilling karet di Indonesia mencakup pengolahan karet yang digiling untuk menghasilkan produk dalam bentuk lembaran, seperti sheet dan crepe. Industri ini melibatkan berbagai tahap pengolahan, mulai dari pengumpulan dan pemurnian bahan baku, penggilingan, hingga proses vulkanisasi untuk menghasilkan produk akhir yang siap digunakan.

Namun dengan adanya kemajuan ini, muncul pula tantangan baru dalam hal dampak lingkungan. Proses produksi karet yang melibatkan berbagai bahan kimia dan energi memiliki potensi untuk merusak lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Inilah mengapa industri remilling karet memerlukan jasa pendampingan PROPER.

Kerusakan Lingkungan yang Ditimbulkan Industri Karet

Industri karet, termasuk remilling karet, dapat menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Contohnya, limbah cair dari proses pengolahan karet, yang tidak diolah dengan baik, telah menyebabkan kematian ikan dan membusuknya sungai-sungai. Banyaknya penggunaan bahan kimia dalam proses ini juga meninggalkan residu yang berpotensi sebagai polutan lingkungan. Selain itu, limbah cair ini juga dapat meningkatkan kadar COD dan TSS di lingkungan sekitar, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas air dan tanah. Oleh karena itu, penting bagi industri karet untuk meningkatkan teknologi pengolahan limbah dan mengimplementasikan praktek-praktek lingkungan yang lebih ramah, seperti fitoremediasi, untuk mengurangi dampak negatif ini dan menjaga kelestarian lingkungan.

Alasan Industri Karet Memerlukan Jasa Pendampingan PROPER

Jasa Pendampingan PROPER sangat diperlukan oleh industri remilling karet untuk memastikan bahwa mereka dapat beroperasi dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan) adalah program yang dirancang oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia agar mengelola dampak lingkungannya dengan lebih baik.

Perusahaan Sektor Industri Karet di Indonesia

  1. PT Tirta Sari Surya
  2. PT Anugerah Agung Abadi
  3. PT ADEI Crumb Rubber Industry
  4. PT Nusa Alam Rubber
  5. PT Raberindo Pratama

Kriteria Penilaian PROPER

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bertujuan untuk mengevaluasi kinerja lingkungan perusahaan, termasuk industri remilling karet.

Kriteria penilaian PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) dibagi menjadi dua kategori utama yaitu Kriteria Penilaian Ketaatan dan Kriteria Beyond Compliance.

Kriteria Penilaian Ketaatan PROPER

Jawab pertanyaan sederhana ini, ”apakah perusahaan anda taat terhadap peraturan lingkungan hidup yang berlaku?”, dalam PROPER kriteria ini dinilai dari kepatuhan perusahaan terhadap peraturan pengelolaan lingkungan hidup. Beberapa aspek yang dinilai meliputi:

  1. Persyaratan Dokumen Lingkungan dan Pelaporannya: Perusahaan harus memiliki dokumen seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Lingkungan (UKL/UPL).
  2. Pengendalian Pencemaran Air: Memastikan pembuangan limbah cair tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan dan memiliki izin pembuangan.
  3. Pengendalian Pencemaran Udara: Mematuhi standar emisi udara yang berlaku.
  4. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): Mengelola limbah B3 sesuai dengan peraturan yang ada.
  5. Pengendalian Pencemaran Air Laut: Memastikan bahwa aktivitas tidak mencemari perairan laut.
  6. Potensi Kerusakan Lahan: Menilai dampak kegiatan perusahaan terhadap kerusakan lahan

Kriteria Beyond Compliance PROPER

Pada penilaian PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) kriteria Beyond Compliance berfokus pada aspek-aspek yang menunjukkan komitmen perusahaan untuk melampaui kepatuhan minimum terhadap peraturan lingkungan. Kriteria ini bersifat dinamis dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi serta isu-isu lingkungan global. Penyusunannya melibatkan masukan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, asosiasi industri, LSM, dan universitas.

Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)

Salah satu aspek yang dinilai dalam kriteria Beyond Compliance adalah penerapan sistem manajemen lingkungan, yang mencakup bagaimana perusahaan mengelola dampak lingkungan dan mempengaruhi pemasok serta konsumen untuk menerapkan praktik pengelolaan yang baik.

Upaya Efisiensi Energi dan Penurunan Emisi

Perusahaan juga dinilai berdasarkan upaya efisiensi energi, yang meliputi peningkatan efisiensi dalam proses produksi, penggunaan mesin ramah lingkungan, serta efisiensi bangunan dan transportasi. Selain itu, fokus pada penurunan emisi menjadi penting, di mana perusahaan diharapkan mengurangi emisi polutan dan gas rumah kaca serta menggunakan energi terbarukan.

Prinsip 3R

Implementasi prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) juga menjadi bagian dari penilaian. Perusahaan dinilai berdasarkan upayanya untuk mengurangi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah padat non-B3. Semakin banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi dan memanfaatkan kembali limbah, semakin tinggi nilai yang diperoleh.

Konservasi Air dan Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah

Aspek lain yang dinilai adalah konservasi air dan penurunan beban pencemaran air limbah, serta perlindungan keanekaragaman hayati. Perusahaan harus memiliki sistem informasi untuk mengevaluasi status sumber daya biologis yang dikelola.

Program Pengembangan Masyarakat

Terakhir, program pengembangan masyarakat menjadi penting, di mana perusahaan harus memiliki strategi yang dirancang berdasarkan pemetaan sosial untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan kelompok rentan.

Secara keseluruhan, kriteria Beyond Compliance mendorong perusahaan untuk memenuhi kewajiban hukum dan aktif berkontribusi positif terhadap lingkungan serta masyarakat di sekitarnya.

Prinsip-Prinsip PROPER

Ada beberapa prinsip utama yang diusung oleh program PROPER, antara lain:

  1. Pencegahan Pencemaran: Perusahaan harus mengimplementasikan langkah-langkah untuk mencegah pencemaran lingkungan dari aktivitas produksi mereka.
  2. Pengelolaan Limbah: Perusahaan harus memiliki sistem pengelolaan limbah yang efektif, termasuk pengolahan air limbah dan pengelolaan limbah padat.
  3. Efisiensi Energi: Perusahaan harus mengoptimalkan penggunaan energi untuk mengurangi jejak karbon dan efisiensi biaya.
  4. Pengelolaan Sumber Daya: Perusahaan harus mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, termasuk penggunaan air dan bahan baku.
  5. Keterlibatan Masyarakat: Perusahaan harus melibatkan masyarakat sekitar dalam upaya pelestarian lingkungan dan menjalin komunikasi yang baik dengan mereka.

Meraih PROPER KLHK

Jadi, untuk meraih peringkat PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), perusahaan harus memenuhi sejumlah kriteria yang telah ditetapkan. Proses ini melibatkan audit lingkungan secara berkala, pelaporan transparansi mengenai dampak lingkungan, serta implementasi program-program keberlanjutan yang nyata. Perusahaan harus menunjukkan komitmen mereka terhadap pengelolaan lingkungan melalui tindakan nyata dan hasil yang terukur. Klik disini dan dapatkan pendampingan untuk meraih PROPER!

Sebagai tambahan informasi, kami juga bisa membantu perusahaan Anda untuk menghitung emisi gas rumah kaca (GRK).  Kami bekerja sama dengan penyedia platform penghitungan Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu Actia Carbon.

 

 

 

Konsultan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) Sektor Industri Karet Remah

Konsultan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) Sektor Industri Karet Remah

Karet remah (crumb rubber) merupakan produk karet alam yang dihasilkan dari getah batang pohon karet (Hevea Brasiliensis) secara mekanis dengan atau tanpa penggunaan bahan kimia. Produk ini banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari bahan baku untuk ban kendaraan hingga campuran untuk aspal dan produk-produk karet lainnya. Meski sangat bermanfaat, proses pengolahan karet memerlukan energi dan bahan kimia yang signifikan, yang pada gilirannya berdampak terhadap lingkungan, terutama dalam hal emisi gas rumah kaca (GRK).

Proses Kegiatan Industri Karet Remah

  1. Industri karet melibatkan beberapa proses utama, antara lain penyadapan, koagulasi dan pengasaman, penggilingan dan pengeringan, pemurnian dan vulkanisasi, serta pencetakan dan pembentukan. Tiap proses ini memerlukan energi dan bahan kimia yang berbeda, yang menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang bervariasi.
  2. Proses Penyadapan adalah pengumpulan getah dari pohon karet. Getah ini disebut lateks, yang merupakan cairan yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Lateks belum mengalami penggumpalan dan masih dalam bentuk cairan yang selanjutnya dapat diolah.
  3. Proses Koagulasi dan pengasaman adalah proses kimia untuk mengubah lateks menjadi padatan. Setelah penyadapan, lateks perlu diubah menjadi padatan melalui proses koagulasi dan pengasaman. Koagulasi adalah proses yang menggunakan bahan kimia untuk mengubah lateks menjadi bekuan, sedangkan pengasaman adalah proses pengeringan dan pengasaman yang dilakukan untuk menghilangkan air dan bahan kimia lainnya dari karet.
  4. Proses Penggilingan dan pengeringan dilakukan untuk menipiskan bekuan lateks dan menghilangkan air serta bahan kimia lainnya. Penggilingan menggunakan mesin seperti mesin macerator/crepper untuk menggiling cacah karet menjadi lembaran blenket dengan ketebalan tertentu. Pengeringan dilakukan melalui ruang pengasapan untuk mengeringkan lembaran-lembaran sheet karet.
  5. Proses Pemurnian dan vulkanisasi mengolah karet untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan. Pemurnian melibatkan proses pembersihan dan penggolongan untuk menghilangkan kotoran dan bahan tambahan yang tidak diperlukan. Vulkanisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mengubah karet menjadi lebih elastis dan kuat, sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi.
  6. Langkah terakhir, pencetakan dan pembentukan mengubah karet menjadi produk jadi. Pencetakan melibatkan proses pembentukan karet menjadi produk jadi seperti ban mobil, sol sepatu, dan peralatan rumah tangga lainnya. Pembentukan ini melibatkan penggunaan mesin dan peralatan yang canggih untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Emisi yang Dihasilkan dari Proses Produksi Karet Remah

Proses produksi karet, terutama dalam industri karet remah, menghasilkan beberapa jenis emisi. Beberapa di antaranya termasuk emisi GRK seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O). Selain itu, terdapat pula emisi gas amoniak (NH3) dan bau amoniak yang dihasilkan selama proses produksi. Emisi-emisi ini berdampak terhadap perubahan iklim dan kualitas udara.

Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi emisi GRK yang dihasilkan dari proses produksi karet remah, beberapa upaya dapat dilakukan.

  1. Melakukan optimasi dalam proses produksi untuk mengurangi penggunaan bahan kimia dan energi dengan menggunakan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
  2. Menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan dan memiliki indeks emisi yang rendah, seperti bahan organik yang dapat mengurangi emisi CO2.
  3. Melakukan pengelolaan limbah yang baik untuk mengurangi emisi gas amoniak dan bau amoniak dengan menggunakan teknologi pengolahan limbah yang efektif.
  4. Melakukan pengawasan dan monitoring emisi secara terus menerus untuk mengetahui tingkat emisi yang dihasilkan. Perusahaan dapat menggunakan platform penghitungan emisi GRK untuk monitoring emisi secara real-time, mengevaluasi kinerja, dan membantu dalam pengembangan strategi pengurangan emisi yang lebih efektif.

Memperkecil Dampak Negatif Industri Karet Remah terhadap Lingkungan

Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampak negatif industri karet terhadap lingkungan. Pertama, efisiensi energi dapat dicapai dengan menggunakan teknologi yang lebih efisien untuk mengurangi konsumsi energi. Penggunaan energi terbarukan juga bisa menjadi solusi dengan mengganti bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan. Selain itu, pengelolaan limbah yang lebih baik bisa membantu mengurangi emisi metana. Mengembangkan proses produksi yang lebih ramah lingkungan dan melakukan reforestasi dengan menanam pohon untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer juga bisa menjadi langkah yang efektif.

Perusahaan di Sektor Industri Karet Remah

Berikut adalah beberapa perusahaan yang bergerak di sektor industri karet remah di Indonesia yang berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca:

  1. PT Anugerah Agung Abadi
  2. PT P&P Bangkinang
  3. PT Guangken Rubber Pnk-Ina
  4. PT Nusantara Batulicin
  5. PT Kirana Megatara Tbk

Bagaimana Lensa Lingkungan Dapat Membantu Industri Karet Remah

Lensa Lingkungan memiliki keahlian dan pengalaman dalam menginventarisasi emisi gas rumah kaca di berbagai industri, termasuk industri karet. Kami menawarkan layanan konsultasi dan solusi yang disesuaikan untuk membantu perusahaan dalam mengidentifikasi sumber emisi, mengukur emisi secara akurat, dan mengembangkan strategi untuk mengurangi emisi tersebut. Dengan menggunakan platform penghitungan gas rumah kaca yang canggih, kami dapat memberikan laporan yang detail dan rekomendasi yang tepat.

Kami juga bekerja sama dengan Actia Carbon untuk menyediakan platform penghitungan Gas Rumah Kaca yang memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengukur dan mengelola emisi mereka dengan lebih efektif. Klik disini agar terhubung dengan tim kami!

 

Jasa Penyusunan Laporan Pemantauan Lingkungan Sektor Industri Margarine

Jasa Penyusunan Laporan Pemantauan Lingkungan Sektor Industri Margarine

Industri margarin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, terutama dalam bidang kuliner dan pangan. Namun, sektor ini juga memunculkan berbagai permasalahan lingkungan yang cukup serius. Salah satunya karena penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan dasar margarin. Penggunaan kelapa sawit sering kali dikaitkan dengan deforestasi, hilangnya habitat satwa liar, dan emisi gas rumah kaca. Selain itu, proses produksi margarin juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari air dan tanah jika tidak dikelola dengan baik. Di sinilah pentingnya penyusunan laporan pemantauan lingkungan untuk memastikan kegiatan dari sektor industri margarin tetap beroperasi dengan cara yang ramah lingkungan.

Mengapa Margarin Menggunakan Kelapa Sawit?

Kelapa sawit adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan margarin karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak kelapa sawit memiliki titik leleh yang lebih tinggi, stabilitas oksidatif yang baik, serta kandungan lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang. Selain itu, kelapa sawit juga lebih efisien dalam hal produktivitas per hektar tanah, sehingga lebih ekonomis dan berkelanjutan dari segi penggunaan lahan.

Apa Bedanya Margarin dengan Butter?

Butter dan margarin sering kali dibandingkan karena keduanya digunakan sebagai bahan olesan dan dalam masakan. Butter terbuat dari krim susu yang dikocok, butter memiliki rasa yang lebih kaya dan tekstur yang creamy sementara margarin dibuat dari minyak nabati seperti kelapa sawit, kedelai, atau bunga matahari yang dihidrogenasi. Margarin lebih serbaguna dan memiliki kandungan lemak yang bervariasi.  Selain itu, margarin biasanya lebih murah dan memiliki umur simpan yang lebih panjang dibandingkan butter.

Industri Margarin Baik atau Buruk bagi Lingkungan?

Terbuat dari minyak nabati, margarin biasanya lebih murah dan dianggap lebih sehat karena mengandung lebih sedikit lemak jenuh. Namun, muncul pertanyaan “apakah margarin benar-benar ramah lingkungan?”

Kebanyakan margarin dibuat dari minyak kelapa sawit, minyak kanola, atau minyak kedelai yang lebih murah dan mudah didapat. Seperti yang kita ketahui, minyak nabati berasal dari tumbuhan yang bisa diperbarui setiap tahun, menjadikannya sumber terbarukan yang lebih berkelanjutan dibandingkan sumber hewani.

Namun, ada juga kerugian yang perlu dipertimbangkan. Produksi minyak kelapa sawit, misalnya, sering dikaitkan dengan penebangan hutan atau deforestasi. Ini menyebabkan hilangnya habitat bagi hewan liar dan peningkatan emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Selain itu, pertanian intensif untuk tanaman minyak sering menggunakan banyak pestisida dan pupuk kimia yang merusak tanah dan air.

Dampak Industri Margarin terhadap Lingkungan

Proses produksi margarin juga memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri. Dari sisi keuntungan, produksi margarin membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan produksi mentega. Banyak pabrik margarin juga menggunakan teknologi canggih yang lebih efisien dan kurang menghasilkan limbah. Namun, proses hidrogenasi yang digunakan untuk mengeraskan minyak nabati menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global. Di samping itu, pabrik margarin menghasilkan limbah kimia yang bisa mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu contoh limbah gas yang mungkin dihasilkan adalah Gas Hidrogen Sulfida (H2S), yang dapat terbentuk dari reaksi kimia yang melibatkan sulfur dalam proses produksi margarin. Selain itu, Gas Metana (CH4) juga dapat dihasilkan dari dekomposisi organik yang tidak sempurna, sementara Gas Asam Sulfat muncul dari reaksi kimia yang melibatkan sulfur dan asam.

Seperti banyak produk lainnya, dampak margarin terhadap lingkungan tergantung pada bagaimana bahan baku diperoleh dan bagaimana proses produksinya dilakukan. Jika kelapa sawit yang digunakan ditanam secara berkelanjutan dan proses produksinya efisien serta minim limbah, margarin dapat menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan mentega. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, industri margarin dapat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pemantauan dan pengelolaan lingkungan yang tepat sangat penting.

Apa Itu Laporan Pemantauan Lingkungan?

Laporan Pemantauan Lingkungan adalah dokumen yang berisi data dan informasi mengenai kondisi lingkungan di sekitar lokasi industri. Laporan ini mencakup berbagai aspek seperti kualitas air, udara, tanah, serta flora dan fauna. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kegiatan industri tidak merusak lingkungan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Manfaat Laporan Pemantauan Lingkungan

Laporan Pemantauan Lingkungan memiliki beberapa kegunaan dan manfaat penting bagi industri margarin. Laporan ini membantu memastikan perusahaan mematuhi peraturan lingkungan yang berlaku, sehingga menghindari pelanggaran hukum. Selain itu, laporan ini juga berperan dalam mengidentifikasi potensi masalah lingkungan yang mungkin timbul akibat kegiatan industri, yang memungkinkan perusahaan untuk segera mengambil tindakan pencegahan. Laporan pemantauan lingkungan ini membantu mengurangi risiko hukum dan finansial yang mungkin timbul akibat pelanggaran aturan lingkungan, sehingga melindungi perusahaan dari potensi kerugian besar.

4 Aspek Laporan Pemantauan Lingkungan

Dalam laporan pemantauan lingkungan, terdapat beberapa aspek yang harus dipantau untuk memastikan bahwa kegiatan industri tidak merusak ekosistem sekitar. Pertama, melakukan pemantauan kualitas air untuk mengukur tingkat polutan dalam air yang digunakan atau dibuang oleh industri, memastikan tidak ada bahan berbahaya yang dapat mencemari sumber air alami dan mengancam kesehatan manusia serta ekosistem akuatik.

Kedua, kualitas udara. Emisi gas dan partikel yang dilepaskan ke udara oleh kegiatan industri memiliki potensi besar untuk menyebabkan polusi udara, yang bisa berdampak negatif pada kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pemantauan ini mencakup pengukuran konsentrasi berbagai polutan seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel debu.

Ketiga, kualitas tanah tidak kalah penting untuk dipantau. Tanah di sekitar lokasi industri bisa terkontaminasi oleh limbah berbahaya yang dibuang secara tidak bertanggung jawab. Pemantauan kualitas tanah bertujuan untuk mendeteksi adanya kontaminasi logam berat, bahan kimia beracun, dan senyawa organik yang dapat merusak struktur dan fungsi tanah, serta mengancam makhluk hidup yang bergantung pada tanah tersebut.

Keempat, aspek terakhir yang harus dipantau adalah dampak kegiatan industri terhadap flora dan fauna. Keanekaragaman hayati di sekitar lokasi industri perlu diawasi untuk memastikan bahwa aktivitas manusia tidak menyebabkan kerusakan habitat, penurunan populasi spesies, atau bahkan kepunahan. Pemantauan ini penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem serta mencegah hilangnya spesies yang memiliki peran penting dalam rantai makanan dan fungsi ekosistem.

Cakupan Laporan Pemantauan Lingkungan

Laporan Pemantauan Lingkungan harus mencakup beberapa komponen utama, antara lain:

  1. Ringkasan Eksekutif: Gambaran umum tentang hasil pemantauan.
  2. Metodologi: Penjelasan tentang metode yang digunakan dalam pemantauan.
  3. Data dan Analisis: Data pemantauan dan analisisnya.
  4. Kesimpulan dan Rekomendasi: Kesimpulan dari hasil pemantauan dan rekomendasi untuk perbaikan.

Laporan Pemantauan Lingkungan Membantu Industri Margarin

Industri margarin memerlukan jasa penyusunan laporan pemantauan lingkungan untuk memastikan bahwa operasional mereka sesuai dengan peraturan lingkungan yang berlaku dan tidak merusak lingkungan. Dengan menggunakan jasa profesional seperti Lensa Lingkungan, perusahaan dapat mendapatkan laporan yang akurat dan sesuai standar yang berlaku. Ini tidak hanya membantu dalam mematuhi peraturan lingkungan tetapi juga meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Daftar 5 Perusahaan yang Memproduksi Margarin di Indonesia

Berikut adalah daftar 5 perusahaan yang memproduksi margarin di Indonesia:

  1. PT Salim Ivomas Pratama Tbk
  2. PT Wilmar Nabati Indonesia
  3. PT Sinar Meadow International Indonesia
  4. PT. Bina Karya Prima
  5. Royal Golden Eagle Group (RGE)

Dengan menggunakan jasa penyusunan laporan pemantauan lingkungan dari Lensa Lingkungan, industri margarin dapat memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab, sambil tetap memenuhi kebutuhan pasar dan mempertahankan keberlanjutan bisnis.

Konsultan Pendampingan PROPER Sektor Industri Margarine

Konsultan Pendampingan PROPER Sektor Industri Margarine

Margarine pertama kali ditemukan pada tahun 1869 oleh seorang ahli kimia Prancis bernama Hippolyte Mège-Mouriès. Penemuan ini bermula dari keinginan untuk mencari alternatif pengganti mentega yang lebih murah dan lebih tahan lama. Pada waktu itu, margarine dibuat dari lemak sapi yang kemudian dicampur dengan susu dan air. Seiring berjalannya waktu, proses produksi margarine mengalami banyak perubahan dan inovasi, termasuk penggunaan minyak nabati sebagai bahan dasar untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kualitas.

 

Sektor Industri Margarine Berkembang Pesat

Industri margarine di Indonesia terus berkembang pesat, terutama dengan meningkatnya permintaan pasar dan kesadaran akan gaya hidup sehat. Namun, di balik kesuksesan industri ini, ada berbagai tantangan lingkungan yang harus dihadapi. Inilah alasan mengapa industri margarine memerlukan Jasa Pendampingan PROPER sektor industri Margarine dari Lensa Lingkungan.

 

5 Perusahaan Sektor Industri Margarine

Berikut adalah 5 perusahaan yang bergerak di sektor industri margarine di Indonesia beserta merek dagang produknya:

  1. Bina Karya Prima dikenal luas melalui produk margarin andalannya, Forvita. Forvita menawarkan kualitas yang konsisten dengan rasa yang lezat, membuatnya menjadi bahan baku yang sempurna untuk berbagai jenis masakan dan kue. Keunggulan lain dari Forvita adalah kandungannya yang kaya akan vitamin A dan D, yang baik untuk kesehatan mata dan tulang.
  2. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) pemilik brand Filma Margarine. Filma dikenal karena teksturnya yang lembut dan mudah dicampur, menjadikannya sebagai pilihan favorit untuk berbagai aplikasi kuliner mulai dari menggoreng hingga membuat kue.
  3. Indofood Sukses Makmur Tbk tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya dengan produk margarinnya yang terkenal, Palmia. Palmia menawarkan rasa yang gurih dan aroma yang khas, yang sangat cocok untuk menambah cita rasa pada masakan sehari-hari. Produk ini juga dikenal karena kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang baik untuk kesehatan jantung.
  4. Wilmar Nabati Indonesia merupakan produsen Sania Margarine. Sania telah lama dipercaya oleh banyak kalangan, baik itu ibu rumah tangga maupun koki profesional. Produk ini menawarkan kualitas premium dengan harga yang terjangkau, serta kandungan gizi yang baik seperti omega 3 dan 6 yang mendukung kesehatan tubuh.
  5. Upfield Manufacturing membawa salah satu produk margarin paling ikonik di Indonesia, yaitu Blue Band. Blue Band telah menjadi bagian dari dapur rumah tangga selama beberapa dekade. Produk ini dikenal dengan rasa dan aroma yang khas, serta kandungan multivitamin yang sangat baik untuk pertumbuhan anak-anak. Blue Band juga serbaguna, dapat digunakan untuk mengoles roti, memasak, dan membuat kue.

 

Dampak Negatif Sektor Industri Margarine

Industri margarine juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Proses produksi margarine dapat menghasilkan limbah padat, cair, dan gas yang dapat mencemari tanah, air, dan udara. Selain itu, penggunaan bahan baku seperti minyak kelapa sawit sering kali dikaitkan dengan deforestasi dan hilangnya habitat satwa liar. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan industri margarine untuk mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

 

PROPER untuk Sektor Industri Margarine

PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) merupakan program yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mendorong perusahaan dalam meningkatkan kinerja lingkungan mereka. Melalui PROPER, perusahaan-perusahaan di Indonesia dinilai dan diberikan peringkat berdasarkan sejauh mana mereka mengikuti peraturan lingkungan yang berlaku. Untuk industri margarine, meraih peringkat PROPER yang baik bukan hanya tentang memenuhi kewajiban hukum, tetapi juga meningkatkan reputasi perusahaan dan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.

Manfaat PROPER bagi perusahaan industri margarine sangatlah banyak. Pertama, PROPER mendorong perusahaan untuk lebih efisien dalam penggunaan sumber daya alam dan energi. Hal ini dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas. Kedua, PROPER membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko lingkungan, sehingga dapat menghindari potensi sanksi hukum dan kerugian finansial. Ketiga, peringkat PROPER yang baik dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik dan investor, yang dapat berdampak positif pada pertumbuhan bisnis.

 

Langkah-Langkah Meraih PROPER KLHK Sektor Industri Margarine

Meraih PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merupakan prestasi penting bagi industri margarine. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapainya:

  1. Melakukan Audit Lingkungan

Langkah pertama adalah melakukan audit lingkungan. Tujuan dari audit ini adalah untuk menilai kinerja lingkungan saat ini serta mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki.

  1. Mengembangkan Rencana Aksi Lingkungan

Setelah audit selesai, langkah berikutnya adalah mengembangkan rencana aksi lingkungan. Rencana ini termasuk mencakup pengelolaan limbah, efisiensi energi, penggunaan sumber daya yang berkelanjutan serta penerapan teknologi ramah lingkungan

  1. Pelaksanaan Rencana Aksi

Pelaksanaan rencana aksi harus dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan. Perusahaan dapat mengadakan sesi pelatihan bagi karyawan, mengalokasikan anggaran untuk investasi teknologi baru. Jika perusahaan mengalami kesulitan, maka dapat bekerjasama dengan pihak ketiga seperti Lensa Lingkungan untuk panduan dan dukungan

  1. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja

Pemantauan dan evaluasi kinerja lingkungan harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa perusahaan tetap berada di jalur yang benar. Hal ini mencakup pemantauan indikator kinerja utama, melakukan penyesuaian jika diperlukan dan melaporkan kinerja kepada manajemen dan/atau stakeholder

 

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, industri margarine dapat meningkatkan kinerja lingkungan mereka dan meraih PROPER KLHK. Klik disini jika Anda membutuhkan bantuan jasa pendampingan PROPER sektor industri margarine.

 

Jasa Pendampingan PROPER Sektor Industri Penyempurnaan Kain

Apa itu PROPER?

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) adalah evaluasi kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) setiap tahun. PROPER bertujuan untuk meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan dan mencapai ekosistem industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Peringkat PROPER meliputi Emas, Perak, Perunggu, dan Hijau, dengan kriteria yang semakin ketat dari peringkat ke peringkat.

 

Mengapa Industri Penyempurnaan Kain Memerlukan Jasa Pendampingan PROPER?

Industri penyempurnaan kain merupakan salah satu sektor yang paling berpotensi menghasilkan limbah dan polusi. Proses penyempurnaan kain melibatkan banyak bahan kimia yang dapat berdampak negatif pada lingkungan. Oleh karena itu, industri ini sangat memerlukan bantuan profesional untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan mencapai nilai tebaik dalam PROPER.

 

Manfaat PROPER bagi Perusahaan Industri Penyempurnaan Kain

  1. Meningkatkan Kinerja Lingkungan: Dengan bantuan jasa pendampingan PROPER, perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungan melalui peningkatan efisiensi energi, penurunan pencemar udara, dan pengelolaan limbah yang lebih baik.
  2. Mengurangi Biaya Operasional: Meningkatkan efisiensi energi dan pengelolaan limbah dapat mengurangi biaya operasional perusahaan, sehingga meningkatkan keuntungan.
  3. Meningkatkan Citra Perusahaan: Mencapai nilai tebaik dalam PROPER dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat dan investor, sehingga meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan proyek dan investor.
  4. Menaati Peraturan: PROPER membantu perusahaan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan, sehingga mengurangi risiko hukum dan reputasional. Perusahaan yang tidak memenuhi standar lingkungan dapat dikenakan sanksi dan denda yang cukup besar

 

Dampak Negatif Industri Penyempurnaan Kain

  1. Polusi Udara: Proses penyempurnaan kain dapat menghasilkan polusi udara yang berdampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan.
  2. Limbah B3: Banyak bahan kimia yang digunakan dalam proses penyempurnaan kain merupakan limbah berbahaya (B3) yang dapat berdampak negatif pada lingkungan.
  3. Kerusakan Tanah: Limbah yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan kerusakan tanah dan air.
  4. Kesehatan Manusia: Polusi udara dan limbah B3 dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia, terutama bagi pekerja di industri ini.

 

5 Perusahaan yang Bergerak di Sektor Industri Penyempurnaan Kain

  1. CV Indradhanu
  2. PT. Pan Brothers Tbk
  3. PT. Apac Inti Corpora
  4. PT. Eratex Djaja Tbk
  5. PT. Mulia Knitting Factory

 

Jasa Pendampingan PROPER di Lensa Lingkungan

Lensa Lingkungan menawarkan jasa pendampingan PROPER yang profesional dan efektif untuk perusahaan industri penyempurnaan kain. Tim kami terdiri dari ahli lingkungan yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kriteria PROPER. Kami dapat membantu Anda dalam:

  1. Penyusunan Dokumen Hijau: Kami akan membantu Anda menyusun dokumen hijau yang lengkap dan sesuai dengan kriteria PROPER.
  2. Evaluasi Dokumen: Kami akan melakukan evaluasi dokumen Anda secara berkala untuk memastikan bahwa Anda memenuhi kriteria PROPER.
  3. Pembuatan Laporan: Kami akan membuat laporan hasil evaluasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan.
  4. Bimbingan dan Konsultasi: Kami akan memberikan bimbingan dan konsultasi secara terus-menerus untuk memastikan bahwa Anda dapat mencapai nilai tebaik dalam PROPER.

 

Strategi Pendampingan Kami

  1. Template Dokumen PROPER Hijau: Kami akan memberikan template dokumen PROPER hijau yang dapat digunakan sebagai acuan.
  2. Evaluasi Berkala: Kami akan melakukan evaluasi dokumen Anda secara berkala untuk memastikan bahwa Anda memenuhi kriteria PROPER.
  3. Tim yang Profesional: Kami memiliki tim yang profesional dan berpengalaman dalam bidang lingkungan.
  4. Informasi Dinamis: Kami akan memberikan informasi yang dinamis mengikuti perkembangan kriteria PROPER.
  5. Laporan Hasil Pendampingan: Kami akan membuat laporan hasil pendampingan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan.

 

Rata-Rata Passing Grade DRKPL 2019-2021

Rata-rata nilai passing grade untuk mencapai kandidat hijau (DRKPL) pada tahun 2019-2021 adalah 85%. Dengan bantuan jasa pendampingan PROPER dari Lensa Lingkungan, Anda dapat meningkatkan kinerja lingkungan dan mencapai nilai tebaik dalam PROPER.

 

Masing-Masing Jenis Pekerjaan Pendampingan

  1. Pendampingan Dokumen Hijau: Kami akan membantu Anda dalam penyusunan dokumen hijau, SML, dan dokumen hijau PROPER, dengan memberikan evaluasi dan saran perbaikan.
  2. Penyusunan Dokumen Beyond Compliance: Kami akan membantu Anda dalam penyusunan dokumen beyond compliance, SML, dan dokumen hijau PROPER, dengan memberikan evaluasi dan saran perbaikan.
  3. Pendampingan Dokumen Compliance: Kami akan membantu Anda dalam pelampiran dokumen ketaatan aspek PPA, PPU, dan B3 ke dalam web SIMPEL, dengan memberikan evaluasi dan saran perbaikan.
  4. Pendampingan Dokumen Aspek Sosial: Kami akan membantu Anda dalam penyusunan dokumen hijau aspek sosial, tanggap kebencanaan, dan dokumen hijau aspek sosial PROPER, dengan memberikan evaluasi dan saran perbaikan.
  5. Workshop Gap Analisis: Kami akan menjelaskan gap analisis dokumen beyond compliance PROPER DRKPL, aspek SDA (energi, PPU, PPA, 3R B3, 3R NB3, LCA, dan keanekaragaman hayati), serta memberikan evaluasi dan saran perbaikan.
  6. Workshop Awareness: Kami akan menjelaskan awareness dokumen beyond compliance PROPER DRKPL, aspek SDA (energi, PPU, PPA, 3R B3, 3R NB3, LCA, dan keanekaragaman hayati), serta memberikan evaluasi dan saran perbaikan.

 

Lensa Lingkungan berdedikasi untuk membantu perusahaan meningkatkan kinerja lingkungan dan mencapai nilai tebaik dalam PROPER. Dengan tim yang profesional dan berpengalaman, kami dapat membantu Anda dalam semua aspek pendampingan PROPER, dari penyusunan dokumen hingga evaluasi dan pembuatan keberlanjutan program untuk tahun yang akan datang.

 

Klik disini Hubungi kami sekarang juga untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang jasa pendampingan PROPER.

 

 

Jasa Penyusunan Laporan Pemantauan Lingkungan Sektor Industri Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT)

Jasa Penyusunan Laporan Pemantauan Lingkungan Sektor Industri Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT)

Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT)

Industri pupuk telah menjadi bagian penting dari pertanian modern, membantu petani meningkatkan hasil panen dan efisiensi produksi. Pupuk majemuk lepas terkendali (PMLT), jenis pupuk yang dirancang untuk melepaskan nutrisi secara perlahan dan berkelanjutan ke dalam tanah. Pupuk ini mengandung berbagai macam unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang dibutuhkan tanaman. Proses pelepasan nutrisi yang terkendali ini dimaksudkan untuk memastikan tanaman mendapatkan asupan nutrisi yang konsisten sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya.

Perbedaan dengan Pupuk Biasa

Pupuk biasa atau konvensional biasanya melepaskan nutrisi dengan cepat setelah diaplikasikan ke tanah. Hal ini sering kali menyebabkan kehilangan nutrisi akibat pencucian atau volatilisasi. Sebaliknya, pupuk majemuk lepas terkendali dirancang untuk mengatasi kelemahan ini dengan mengatur pelepasan nutrisi selama periode waktu tertentu, sehingga meminimalkan kehilangan nutrisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

Keunggulan Menggunakan Pupuk Majemuk Lepas Terkendali

  • Efisiensi Nutrisi: Pupuk majemuk lepas terkendali memungkinkan tanaman mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dengan lebih efisien dan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
  • Mengurangi Pencemaran Lingkungan: Dengan pelepasan nutrisi yang terkendali, risiko pencemaran air tanah dan air permukaan dapat dikurangi secara signifikan.
  • Produktivitas Tanaman: Penggunaan pupuk ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman karena nutrisi tersedia secara terus-menerus selama masa pertumbuhan.
  • Penghematan Biaya: Mengurangi kebutuhan pemupukan berulang kali, sehingga dapat menghemat biaya operasional dan tenaga kerja.

Masalah Lingkungan yang Dihasilkan

Keuntungan yang diberikan seperti efisiensi nutrisi dan pengurangan pencemaran lingkungan menjadikan pupuk ini sebagai pilihan yang lebih baik dibandingkan pupuk konvensional. Namun, perlu diperhatikan karena penggunaan pupuk ini juga membawa sejumlah dampak bagi lingkungan.

Pencemaran Air Tanah dan Permukaan

Penggunaan pupuk majemuk yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan run-off, yaitu aliran pupuk yang terbawa air hujan ke dalam saluran air. Hal ini berpotensi mencemari sumber air tanah dan air permukaan, yang dapat berdampak negatif pada kualitas air dan kesehatan ekosistem.

Eutrofikasi

Salah satu dampak serius dari pencemaran ini adalah eutrofikasi, di mana akumulasi nutrisi berlebih, terutama nitrogen dan fosfor, menyebabkan pertumbuhan alga yang berlebihan. Alga ini dapat mengurangi kadar oksigen di dalam air, mengancam kehidupan organisme akuatik dan mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

Dampak Negatif dari Industri Pupuk Majemuk Lepas Terkendali

  • Kandungan Kimia: Meski lebih efisien, pupuk ini tetap mengandung bahan kimia yang dapat berpotensi mencemari lingkungan jika tidak digunakan dengan benar.
  • Biaya Produksi Tinggi: Proses pembuatan pupuk majemuk lepas terkendali lebih kompleks dan mahal dibandingkan dengan pupuk konvensional.
  • Ketergantungan: Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan pada input eksternal, mengurangi keberlanjutan pertanian alami.

Perusahaan industri Pupuk di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa nama perusahaan yang berada dalam sektor industri pupuk di Indonesia

  • PT Dupan Anugerah Lestari
  • PT Pupuk Indonesia
  • PT Pupuk NPK Plantta Plus
  • PT Saraswanti Anugerah Makmur
  • PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

 

Laporan Pemantauan Lingkungan

Dokumen yang disusun untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengevaluasi dampak lingkungan dari kegiatan industri. Laporan ini mencakup berbagai aspek seperti kualitas udara, air, tanah, serta dampak terhadap flora dan fauna. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa kegiatan industri tidak merusak lingkungan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Struktur Umum Laporan Pemantauan Lingkungan

  1. Pendahuluan
  2. Deskripsi Kegiatan
  3. Metodologi Pemantauan
  4. Hasil Pemantauan
  5. Evaluasi Dampak
  6. Kesimpulan dan Rekomendasi

 

Kegunaan Laporan Pemantauan Lingkungan dan Manfaat Bagi Perusahaan

  • Citra Perusahaan: Perusahaan yang secara proaktif memantau dan mengelola dampak lingkungan cenderung memiliki reputasi yang lebih baik di mata publik dan pemangku kepentingan.
  • Ketaatan pada Peraturan: Laporan ini membantu perusahaan memastikan bahwa mereka mematuhi peraturan lingkungan yang berlaku.
  • Identifikasi Masalah Lingkungan: Mengidentifikasi potensi masalah lingkungan sebelum menjadi isu besar yang memerlukan biaya tinggi untuk diperbaiki.
  • Bukti Kinerja Lingkungan: Menyediakan bukti kinerja lingkungan yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan pemangku kepentingan dan masyarakat.
  • Efisiensi Operasional: Dengan mengidentifikasi dan mengatasi masalah lingkungan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya yang terkait dengan limbah dan emisi.
  • Pengambilan Keputusan: Memberikan data dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang tepat terkait pengelolaan lingkungan.
  • Transparansi: Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas industri dalam pengelolaan lingkungan.

 

Alasan Industri Pupuk Memerlukan Jasa Penyusunan Laporan Pemantauan Lingkungan

  1. Ketaatan pada Peraturan

Industri pupuk, termasuk Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT), diatur oleh berbagai peraturan lingkungan yang ketat. Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku ini sangat penting untuk menghindari sanksi dan denda. Jasa penyusunan laporan pemantauan lingkungan membantu perusahaan memastikan bahwa industri memenuhi semua persyaratan regulasi yang berlaku.

  1. Tim Ahli

Penyusunan laporan pemantauan lingkungan memerlukan keahlian teknis yang mendalam dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk kimia lingkungan, biologi, dan teknik lingkungan. Dengan menggunakan jasa profesional dari Tim Lensa Lingkungan, perusahaan dapat memastikan bahwa laporan yang dihasilkan akurat dan komprehensif.

  1. Hemat Waktu dan Sumber Daya

Menyusun laporan pemantauan lingkungan yang berkualitas memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan. Dengan menggunakan jasa penyusunan laporan, perusahaan dapat menghemat waktu dan sumber daya ini, sehingga dapat fokus pada kegiatan inti mereka.

  1. Pengambilan Keputusan yang Tepat

Laporan pemantauan lingkungan menyediakan data dan analisis yang penting untuk pengambilan keputusan. Dengan data ini, manajemen perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait dengan pengelolaan lingkungan dan operasional perusahaan.

  1. Keberlanjutan Lingkungan

Dengan memantau dan mengelola dampak lingkungan secara proaktif, perusahaan dapat meningkatkan keberlanjutan operasional mereka. Hal ini tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk keberlangsungan bisnis jangka panjang.

 

 

 

Melihat lingkungan dari sebuah lensa, menyadarkan diri pentingnya menjaga lingkungan untuk anak cucu kita

Hubungi Kami

Kantor Operasional:

Jakarta:

Office 8 – Senopati
Jl. Senopati Jl. Jenderal Sudirman No. 8B, SCBD, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta 12190

Surabaya:

Ruko Puncak CBD no 8F APT, Jl. Keramat I, RT.003/RW.004, Jajar Tunggal, Kec. Wiyung, Surabaya, Jawa Timur, 60229

Jam Kerja: 08.00 – 16.00 WIB (Senin sd Jumat)

Email : lensa@lensalingkungan.com

Temukan Kami

Chat Kami
Butuh info lebih? Kontak kami
Halo 👋
kami adalah konsultan lingkungan, apakah ada yang bisa dibantu?